mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt Agar Dia Selalu Ci nta “Sayang, I love you!” Hari ini entah sudah untuk yang keberapa kalinya suamiku membisikan kata itu dengan lembut tidak saja langsung bibirnya menempel di telingaku, tetapi juga melalui SMS ketika dia sudah di kantor. Biasanya akupun langsung membalasnya, I love you too, mas. Terima kasih telah menjadi suamiku.” Aku menyadari, aku memiliki bebrapa kelebihan, tetapi sesungguhnya kekuranganku jauh melebih kelebihan yang aku punya. Aku bukan perempuan yang cantik jelita seperti ratu balqis, bukan pula wanita kaya raya seperti ummahatul mu’minin Khadijah. Walaupun tidak buta, tetapi pemahamanku terhadap Islampun masih perlu perbaikan.Tak banyak yang istimewa yang aku punya, makanya aku sangat bersyukur sekali Allah menghadirkan seseorang yang Allah halalkan tidak saja hatinya tetapi juga fisiknya padaku. Walaupun aku hanyalah perempuan biasa, Allah memberiku seorang laki-laki yang sholeh, baik, rendah hati dan amat sangat sayang padaku. Ibuku pernah berpesan, ada empat perkara yang harus kita perhatikan agar tercipta syurga dunia dalam rumah tangga. Sebagai seorang istri kita memang dituntut untuk memaksimalkan kemamapuan agar indah dipandang mata, sejuk dilihat, tenang ditinggal, membangkitkan gairah, dan menumbuhkan ketaatan suami kepada Allah. Disamping menjadi ibu yang baik dalam mendidik anak-anak kita. Pertama, mampu memberikan kepuasan di tempat tidur. Tempat tidur adalah ruang yang paling privacy antara kita dan suami. Disanalah biasanya suami mengurai keletihan setelah bekerja seharian. Tempat tidur juga merupakan tempat dimana biasanya suami istri menunaikan hajat seksualnya. Untuk itu istri di tuntut untuk menata tempat tidur dengan baik, bersih dan harum. Istri perlu memahami kebutuhan seksual suami, memenuhi ajakan bersetubuh dengan segera, memberikan kepuasan maksimal dalam bersetubuh, jika perlu tidak ada salahnya istri menawarkan diri. Kedua, menciptakan keindahan di dalam rumah, menatanya dengan penuh artistik, serta menjaga harta yang ada di dalamnya. Rumah yang besar belum tentu menciptakan ketenangan dan kedamaian. Perabotan yang banyak lagi mahal tidak juga bisa membuktikan penghuninya adalah pasangan yang berbahagia. Keindahan di sini adalah keindahan yang terpancar dari tangan lembut dan keikhlasan penatanya, yaitu istri yang sholehah, qonaah, tawadhu, dan rendah hati. Ketiga, mendidik dan menjaga anak-anak. Anak-anak adalah amanah, anak-anak adalah investasi, anakanak merupakan hiburan bagi kita. Anak-anak yang bersih, sehat, cerdas adalah dambaan orang tuanya. Menjadikan anak-anak kita sholeh, cerdas, sehat dan bersih membuktikan keberhasilan kita mendidik mereka. Suami akan bekerja lebih giat untuk mencari nafkah jika melihat anak-anak dalam kondisi seperti ini. Keempat, saling memaafkan. Suami istri berasal dari dua keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, adat-istiadat yang berbeda, sifat yang berbeda. Keduanya bukanlah makhluk yang sempurna yang tak pernah salah. Keduanya sama-sama memiliki kekurangan. Meminta maaf terlebih dahulu jika memiliki salah dan segera memaafkan suami serta tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahan yang pernah ada akan menautkan lagi kemesraan kita berdua. Seorang suami tidak akan memikirkan perempuan lain jika istri mampu menampilkan semua ini dihadapanya. Memberikan kebahagiaan lahir batin, menciptakan suasana segar, serta istri yang menentramkan jiwa. Tak akan pula ada percekcokan, sakit hati atau penyesalan telah mengikat janji berdua dihadapan Allah aza wajalla. Yang ada adalah ungapan sayang, kata-kata mesra, cinta yang selalu berbunga, mudah-mudahan berkah Allah selalu melingkupinya. ye si els an dra el-sandra@lycos.com (For my husband, I will always love you) Harry Po tter dan Muham mad Al Fatih Antrian panjang muda-mudi pada loket-loket penjualan tiket hari pertama pemutaran film ”The Lord of the Rings” atau pada peluncuran buku ”Harry Potter” adalah pemandangan keseharian di negeri-negeri Barat. Fenomena yang sama terjadi juga di negeri kita, seperti yang baru-baru ini dimuat di berita photo detik.com. Mereka yang sebagian besar adalah muda-mudi, termasuk yang ”berjilbab”, ada dalam antrian panjang untuk membeli buku Harry Potter Jilid V yang harganya Rp. 140.000. Uang sejumlah itu bukanlah sedikit untuk masyarakat kita umumnya. Masih ingatkah kita kisah seorang anak SD yang mencoba mengakhiri hidupnya gara-gara malu karena tidak bisa membayar uang untuk kegiatan sekolah yang besarnya hanya Rp. 2500. Harry Potter ... hampir semua remaja, bahkan dewasa, begitu mengenalnya. Bukunya laris manis bak kacang goreng. Film-film-nya sangat ditunggu-tunggu. Asesorisnya menjadi bahan koleksi para penggemarnya. Mereka hafal secara detil petualangan tokoh yang bernama Harry Potter ini. Bahkan pernah dilaporkan di majalah Time, kacamata model Harry Poter, sangat digandrungi oleh anak-anak dan remaja di Inggris, dan saya yakin juga di negara-negara lain, termasuk negara kita. Believe it or not, bahkan ada sebuah keluarga yang memberi nama anaknya yang baru lahir Harry Potter .... karena begitu kagumnya terhadap tohoh yang satu ini. Sedikit, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada, remaja kita yang tidak kenal dengan nama Harry Potter. Dan yang sedikit ini umumnya dikategorikan sebagai kuno, tidak gaul, dan ketinggalan zaman. ”...saya berkewajiban menemani dia membeli buku”,ujar seorang Profesor yang juga ketua salah satu komisi di DPR. Meski hanya fiksi, penulis buku Harry Potter sering menyisipkan falsafah hidup yang dapat membuat anak-anak lebih bijak, demikian alasan sang Profesor seperti yang ditulis di detikhot.com. Kalau alasannya untuk mencari falsafah hidup, tidak cukupkah Islam sebagai minhaaj al-hayaah (pedoman hidup) memberikan itu semua? Bila kemudian alasannya agar bisa menjadi manusia yang lebih bijak dan berakhlak, lantas apa arti hadist Rasulullah SAW ”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyem-purnakan akhlak yang manusia”. Tidak cukupkah itu semua, sehingga kita mesti mengambilnya dari sumber-sumber lain, yang belum tentu sejalan dengan tuntunan Islam. Muhammad Al-Fatih .... siapakah dia? Jika pertanyaan ini diajukan ke 1000 remaja muslim, mungkin hanya 1 diantaranya yang tahu jawabannya. Dialah pemuda muslim yang dalam usia 23 tahun berhasil memimpin penaklukan konstantinopel (sekarang bernama Istambul), yang merupakan pusat peradaban barat di abad pertengahan [1]. Sang pemuda ini berhasil mengambil alih konstantinopel dari tangan kerajaan Bizantium yang merupakan kelanjutan dari Roman Empire dan telah menguasai Konstantinopel lebih dari 10 abad [2]. Remaja Muslim sekarang lebih kenal dengan tokoh Harry Potter, ketimbang tokoh Muhammad Al-Fatih. Mahasiswamahasiswa muslim di negeri ini lebih mengenal dan mengagumi sosok Einstein, Louis Pasteur dan Aristoteles ketimbang sosok Khwarizmi si-penemu sistem aljabar dalam dunia matematika [2,3], Ibn Sina (Avicenna) yang telah menulis buku ”The Canon” yang telah menjadi buku rujukan utama di dunia kedokteran Eropa selama lebih dari 5 abad dan Ibu Rushd (Averroes) yang fikiran-fikirannya telah mempengaruhi filsuf-filsuf terkenal Eropa seperti Roger Bacon [2], padahal ilmuawan-ilmuawan muslim ini sangat dikenal di dunia barat. Begitulah nasib muslim di negeri ini yang terkadang lebih ’kebarat-baratan’ daripada orang-orang barat sendiri. Lihatlah buku-buku yang terpajang di rak dinding ruang tamu kita, berapa banyak dari buku-buku tersebut yang merupakan kitab tafsir, fiqh sunah dan buku-buku kisah para sahabat, lalu bandingkan dengan koleksi buku-buku semacam Harry Potter ... Bila tangan kita dengan mudahnya meraih lembaran-lembaran 50 atau 100 ribuan di dompet untuk membeli buku semacam Harry Potter, buku-buku komputer terbaru, buku-buku manajemen dan psikologi modern, sementara hanya lembaran uang ribuan atau bahkan koin recehan yang keluar dari saku kita guna membeli buku-buku Islam, menyumbang kegiatan keislaman, dan mengisi kotak amal di masjid-masjid. Waktu yang kita gunakan untuk kegiatan-kegiatan keislaman pun biasanya waktu-waktu sisa, saat kita sudah letih dan tak mampu lagi berfikir jernih. Terlalu naif rasanya bila kemudian kita masih bertanya mengapa umat (Islam) ini menjadi umat yang terbelakang, umat sisa, umat yang menjadi bulan-bulanan umat-umat yang lain. Nege ri b at u cada s, Sw edia, 11 D ese mber 20 03 abuWafi@hotmail.com [1] As-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Dr. YusufAl-Qardhawy. [2] Almanac of World History, published by National Geographic. [3] Time Magazine, 24 Desember 2001. Ke tukan Pint u Kematian Semua karyawan di kantor kami tahu siapa itu Kamda. Lajang berperawakan gempal, tinggi besar itu sejak bekerja di perusahaan kami hanya dalam beberapa bulan saja sudah mulai menunjukkan perangai aslinya. “Mentang-mentang bos kita adalah pamannya, dia seenaknya saja berbuat sama kita!” Begitu sengit Wahid, salah satu mekanik di bengkel perusahaan kami. Kamda, begitu dia biasa kami panggil, memang masih belia, belum punya pengalaman kerja, dan sebagian besar karyawan menganggapnya masih terlalu muda untuk mengatur banyak urusan kerja di bengkel yang huni oleh lebih dari 400 karyawan. Namun itulah! Orang terkadang tidak melihat siapa dirinya. Merasa secara politik berada diatas angin, segala sesuatu yang dilakukan seolah dianggap benar, dan jadi keputusan perusahaan. Tidak ada seorangpun yang berani mempertanyakan ‘kebijakan’ nya, kecuali hanya ‘ngrasani’ saja! Usia Kamda tidak lebih dari 21 tahun waktu itu. Rata-rata karyawan perusahaan kami tidak pernah menyangka, karena penampilan fisiknya dia kelihatan jauh lebih tua dari pada umur yang sebenarnya. Sekali dia bicara, karena alasan security, tidak ada yang berani menentangnya. Dalam kondisi amat yunior, Kamda menduduki posisi penting di perusahaan, sebagai Technical Adviser. Padahal dia tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, kecuali baru saja lulus sekolah, setingkat program diploma teknik automobile. Apapun yang dilakukan Kamda memang tidak berpengaruh pada saya karena saya bukan dibawah departemennya. Kami berbeda unit kerja. Terkadang Kamda mengunjungi departemen kami, sekedar memberi salam. Tidak lebih dari itu. Bagi saya, sikapnya biasa-biasa saja sebagaimana karyawan lainnya yang memiliki posisi manajer semacam dia. Sungguh saya tidak mengerti kenapa banyak orang-orang yang bekerja dibawah supervisinya sering mengeluh, tidak terkecuali Wahid diatas. Tiap Rabu para semua karyawan unit teknik berbaris, berkumpul layaknya apel pasukan kepolisian. Itu rutin mereka laksanakan. Sebagaimana biasa Kamda yang melakukan inspeksi. Kerapian rambut, jenggot, kebersihan baju, kilatnya sepatu, dan kelengkapan peralatan bengkel yang menjadi tanggungjawab setiap mekanik, menjadi sorotan Kamda. Satu saja mekanik yang diketahui tidak menyemir sepatunya, atau rambutnya kelihatan kurang rapi, tidak tanggungtanggung, “Pulang!!!!”Begitu hardik nya, memerintahkan sang karyawan untuk pulang. No excuse! Setiap hari Rabu, selalu ada saja karyawan yang dipulangkan karena berbagai alasan, hasil dari inspeksi Kamda. “Kenapa kamu Khalid? Tidak ada kerjaan ya?” Teriaknya suatu ketika lewat corong speaker yang gaungnya bisa didengar di seluruh gedung bengkel yang luasnya tidak kurang dari 5000 meter persegi. Besar kan? Orang pun takut. Bukan segan kepadanya. Nyaris tidak ada hari-hari tanpa kedengaran bentakan Kamda terhadap bawahannya. Saya menduga-duga, bahwa orang-orang kecil dibawahnya pasti sudah macam-macam doa nya untuk atasan yang satu ini. Alasannya sudah jelas: Kamda terlalu ceroboh memperlakukan bawahannya, seolah buta sama sekali akan pengetahuan manajemen perusahaan. Human Resource Management ataupun Organizational Behavior, dua hal yang wajib dipelajari sebagai bekal oleh mereka yang duduk di kursi manajer, sepertinya tidak pernah disentuh oleh Kamda. Pada akhirnya, karena begitu banyak karyawan yang menggunjingkan soal sikap kepemimpinannya yang kurang baik, saya jadi berkesimpulan bahwa Kamda sudah seharusnya ‘sekolah’ lagi, mengkaji ilmu untuk kepentingan profesinya juga kelangsungan kerja perusahaan. “Aku akan ke Amerika Serikat, untuk melanjutkan studi!” katanya suatu hari kepada saya dengan wajah yang cerah. Alhamdulillah! Ya! Kamda mengikuti tugas belajar atas beaya negara ke Los Angeles-AS. “Good!” jawabku, ikut senang mendengar berita baik ini. Dalam hati saya turut berharap semoga dia akan banyak belajar tentang hal-hal baru yang tidak diperoleh selama di perusahaan kami, terutama tentang manajemen. Hubungan kami memang baik, jadi sudah sepantasnya saya turut mendoakan demi kebaikannya. Apa yang saya rasakan terhadap penampilan Kamda, berbanding terbalik dengan apa yang dialami oleh sebagian besar orang-orang teknik. Apakah Kamda hanya melakukan kerjanya? Wallahu’alam! Dua tahun berlalu begitu cepat. Ceritera tentang Kamda tidak lagi terdengar di perusahaan. Sepertinya semua orang sudah melupakan keberadaannya. Padahal, belum juga aku lupa tentang bagaimana kesan para karyawan terhadapnya, tiba-tiba dia muncul di depan pintu kantor kami “Assalamu ‘alaikum...!” Sapanya hangat. Kamipun berdiskusi tentang hal-hal yang dialaminya selama tinggal di Los Angeles. Pergaulan bebas, beaya hidup mahal, kesediaan fasilitas hidup, fleksibilitas studi, dan lain-lain objek pembicaraan kami. Kamda ternyata datang lagi di perusahaan kami! Kali ini penampilannya amat beda dengan dua tahun lalu. Kamda sepertinya sudah banyak belajar tentang kehidupan, dan yang lebih penting, kepemimpinan. Sikap uring-uringannya terhadap bawahan yang hanya karena masalah sepele, tidak lagi ada. Karyawan mulai simpati. Mereka yang dua tahun lalu sering menggunjingkan keangkuhan dan kekeraskepalaannya hampir tidak lagi terdengar. “Kamda berubah!!!” kata-kata itu sering masuk begitu saja ke telinga saya. Kamda jadi sering mengutamakan kepentingan anak buahnya. Mereka yang mengeluh sakit sedikit saja, acapkali disuruh istirahat di rumah, padahal tadinya sikap Kamda jauh dari yang namanya ‘belas kasih’ ini. Dalam apel setiap Rabu, Kamda lebih banyak senyum ketimbang mengamati siapa yang ‘salah’ atau kurang beres dalam berpakaian. Perubahan perilaku Kamda berangsur melegenda di perusahaan hingga suatu saat, belum juga genap sebulan sejak kedatangannya dari Los Angeles, di pagi hari itu kami dikejutkan dengan berita kecelakaan yang menimpanya. Dini hari di akhir pekan, karena kecepatan yang tinggi, mobil Kamda yang dikemudikan seorang rekannya menabrak sebuah bangunan di pinggir jalan besar bebas hambatan. Bukan hanya mobil Kamda saja yang ringsek, teman yang mengemudikannya juga terenggut jiwanya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un! Kamda? Kondisinya parah sekali! Tidak berlebihan bila sebagian dari kami mengistilahkan pintu kematiannya terketuk. Tidur membentang tanpa sadarkan diri. Istri seorang rekan saya yang sedang bekerja di rumah sakit, di Intensive Care Unit (ICU) mengemukakan Kamda mengalami koma, sebagian bagian kepalanya terbuka, dan multiple patah tulang. Subahanallah, dalam kondisi sebagian otaknya yang keluar dan beberapa tulang rusuk yang retak hingga patah, Kamda masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk tetap bertahan hidup! Sebagai kalangan keluarga kaya, tidak sulit bagi mereka untuk mendatangkan dokter-dokter ahli bedah dari luar negeri. Hanya dalam waktu 3 hari, dokter ahli bedah tulang dan syaraf didatangkan dari India. Selama itu pula Kamda masih dalam kondisi yang sama: koma! Anehnya, terlepas dari kedudukannya sebagai pasien VIP, selama di RS tersebut tidak ada seorangpun karyawan kami yang mengunjunginya. Padahal nampaknya karyawan perusahaan selama ini sudah ‘memaafkan’ sikap angkuh Kamda yang dulu. “Betapa malang Kamda!” Begitulah piran saya ikut prihatin akan nasib yang menimpa pria yang masih muda ini. Kedua dokter ahli India tersebut ternyata ‘angkat tangan’. Kasus yang menimpa Kamda membutuhkan perawatan dan pengobatan yang lebih canggih. Di hari kelima, Kamda diterbangkan ke Jerman, dengan ditemani oleh dua orang suster dan seorang dokter. Untuk selanjutnya Kamda menjalani pengobatan dan perawatan intensive di sebuah RS di Berlin. Beragam komentar orang-orang perusahaan terhadap nasib buruk yang menimpanya. Ada yang mengatakan apa yang terjadi adalah ‘buah’ dari sikap Kamda terhadap anak buahnya beberapa tahun lalu yang dianggap kejam. Ada pula yang menganggap itu adalah pelajaran bagi keangkuhan. Tidak pula sedikit yang mengemukakan bahwa begitulah salah satu cara Allah SWT memberikan contoh kepada manusia agar dijadikannya sebagai ‘tauladan’, bagi orang-orang yang mau berpikir. Bos perusahaan kami selama beberapa minggu lamanya tidak ‘ngantor’. Beliau memang mengikuti perjalanan Kamda untuk tujuan pengobatan di Berlin. Dalam kondisi yang demikian, saya tidak melihat tanda-tanda kami, semua karyawan perusahaan, turut berduka. Business as usual, begitulah kira-kira kesannya. “Apa mau dikata, takdir berbicara demikian!” itulah rata-rata yang terdengar dari mulut para pekerja. Dua, tiga, empat dan enam bulan berlalu..... Subhanallah, Kamda kemudian muncul lagi! Kali ini amat beda. Ia tidak lagi lancar berbicara, terbata-bata, seolah-olah begitu sulit mengungkapkan rangkaian kata-kata. Sebagian ingatannya saya perhatikan sudah ‘hilang’. Ia bahkan tidak ingat lagi untuk mengatakan misalnya Aspirin C, obat yang bundar dan berwarna putih. Seringkali dia hanya tersenyum dibanding berbicara. Ucapan terimakasihnya lebih banyak muncul dibandingkan ucapan-ucapan lainnya. Suatu hari, ketika dia datang ke kantor kami, spontan seorang bawahan yang sedang duduk kemudian berdiri ingin menghormatinya, namun dicegah oleh Kamda dengan gaya bicaranya yang terputus-putus. Saya jadi terharu dibuatnya! Kamda yang sekarang ini jadi sering saya lihat ikut sholat Dzuhur berjamaah ditengah-tengah kesibukan kerja. Padahal dua tahun lalu kejadian semacam tidak pernah saya temui. Kamda menjadi begitu baik sekali terhadap bawahannya. Kecelakaan yang menimpanya sempat membuat sejumlah syaraf bicara dan daya ingatannya terganggu. Kamda sering tanya tak bertanya kepada saya, “Apa itu...ehm...? Apa itu..ehm...? Saya lupa...!” Subhanallah...! Allah SWT Mahapengasih kepada umatNya. Kamda yang sebagian jaringan otaknya sempat terkuak disaat kecelakaan, mulanya diperkirakan oleh hampir setiap orang tidak akan berumur panjang, ternyata sehat kembali. Berminggu-minggu kondisi koma yang menimpanya ternyata membawa hikmah. Kamda menjadi manusia yang pandai mensyukuri nikmat Allah sesudah diketuk pintu kematiannya, meski kondisi fisiknya tidak lagi seprima dulu: tubuh yang kekar, ingatan tajam dan berbicara lancar. Sy aifoel Ha rdy . shardy@emirates.net.ae Inferior ity C omple x Inferiority Complex. Apaan tuh? Perasaan malu (shyness), kehilangan kepercayaan diri (diffidence), sifat takut/malu-malu (timidity), atau istilah trendnya anak muda sekarang MINDER dan NGGAK PD. Kok bisa gitu ya? Pertanyaan itu melintas dikepalaku. Kenapa minder dan nggak pd? Kita kan Muslim. Sebelum kita nyari obatnya, tentu kita bakalan cari dulu sebabnya. Kalo aku pikir-pikir, akar permasalahannya adalah datang dari keimanan. Kita mengalami “erosi” iman,....bahkan bukan lagi erosi, namun sudah menjadi “longsor”. Perkembangan teknologi, kemajuan zaman, globalisasi, modernisasi, semua ibarat air hujan yang sedikit demi sedikit mengikis keimanan, bahkan dibeberapa kasus ibarat air bah yang mengakibatkan terjadinya longsoran iman, membawa semua keimanan itu dalam aliran bah. Seiring terkikisnya dan hilangnya keimanan itu, kita mulai meraba-raba, mata mulai melirik, telinga mulai dipertajam, akal pikiran dimainkan. Buat apa? Buat mencari pijakan dan pegangan. Dan decak kagum pun muncul, ketika mata menemukan fokus yang indah, yang lebih maju dari segi peradaban dan teknologi, namun miskin dari segi rohani, dunia barat. Barat menjadi kiblat, identitas ditunjukkan dengan meniru stylenya barat, gaya hidup berputar 180 derajat. Otakpun mulai melakukan perbandingan dan hitungan matematis, yang sudah pasti persentasenya selalu lebih di barat. Hasilnya, barat adalah “kiblat” dan “figure” yang patut diikuti. Trus, hubungannya dengan inferiority complex itu apa? Sudah pasti ada. Kalau kita mempelajari Islam, yakin akan keislaman kita, keagungan ajaran Islam, inferiority complex nggak bakalan terjadi. Tapi kondisi sekarang, sepertinya cenderung menganggap bahwa Islam itu sendiri kolot dan terbelakang, sehingga melahirkan perasaan minder dan nggak pede tadi untuk mengakui keislaman kita. Sebenarnya, anggapan itu keluar, karena kita tidak mau melihat kembali sejarah Islam itu sendiri. Karena kalau dibandingkan dengan masa kejayaan Romawi dan Yunani, kejayaan Islam adalah yang terpanjang dalam sejarah, bahkan perkembangan barat yang diilhami dengan era renaissance pun mengalami fase kekosongan (vacuum). Kita lihat saja betapa banyak ilmu pengetahuan yang lahir dari pemikiran para ahli-ahli muslim. Dibidang kedokteran, yang kita memandang dunia barat itu sangat maju, padahal banyak sekali konstribusi ahli-ahli kedokteran Islam dari zaman dahulu. Sebut saja, Al Zahrawi (976-1013) yang bukunya menjadi standar bagi Eropa dalam ilmu bedah dan juga anatomi selama berabad-abad, atau Ibn al Quffi (630-1286) yang bukunya itu mengetengahkan permasalahan traumatologi serta ilmu bedah dari kepala hingga kaki. Konstribusi ahliahli kedokteran Islam ini meliputi keseluruhan aspek kedokteran. Atau Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang dikenal sebagai bapak kimia, Ibn Sina (981-1037) yang konstribusinya diberbagai bidang, mulai dari kedokteran, filosofi, eksiklopedia, matematika dan juga astronomi. Siapa lagi? Ada Ibn Rusyd, Ibn Khuldun, Umar Al-Khayyam, dan masih banyak lagi. Kemampuan para ilmuwan islam ini menjadikan sebutan ilmuwan rangkap atau eksiklopedia, karena penguasaan mereka terhadap beragam keilmuan. Jadi, apa yang membuat kita minder dan nggak pede dengan sekian banyak kekayaan islam itu sendiri. Gimana dengan zaman sekarang? Bagi yang masih ingat dengan Abdus Salam, peraih nobel fisika tahun 1979, yang penelitian-penelitiannya tidak terlepas dari keyakinannya akan ilmu Allah, dan keyakinannya bahwa Al Quran adalah penuntun dalam segala ilmu. Kalo aku sih, memandang ke barat itu boleh saja, tapi kita hanya memandang, sedangkan pegangan kita tetap pada 2 pusaka kita, Al quran dan Hadist. ”Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".” (QS 3:32) ”Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS 3:132) Barat itu memang maju secara peradaban dan teknologi, tapi rohaninya miskin. Lihat saja negara-negara Eropa yang dari segi tatanan sosial lebih bagus. Tapi, kemiskinan rohani membuat mereka lelah untuk hidup dan memilih meninggalkan dunia dengan paksa dengan jalan bunuh diri. Dari data WHO, The world health report 2001, disebutkan bahwa di Eropa sendiri, penyebab kematian tertinggi kedua adalah bunuh diri. Di Amerika serikat sendiri, kisaran 19 – 20-an persen masih mewarnai angka korban bunuh diri. Kenapa? Toh mereka sudah maju, peradaban maju dan teknologi nggak kurang modern. Tentu saja statistik itu saja nggak cukup, namun aku cuma mau memperlihatkan bahwa kemiskinan iman gampang sekali mendorong kita ke hal-hal seperti itu. ”..... Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(QS 4:29) Aku pikir, yang bisa kita jadikan perbandingan dan cambuk buat kebangkitan kita itu adalah bagaimana mereka bisa maju, tatanan sosial mereka yang harmonis, perekonomian mereka yang bagus, pendidikan yang baik, dan sebagainya. Namun, jangan salah, kalau kita mau mempelajari Islam, sebenarnya semua itu sudah ada di dalam Al Quran dan Hadists, berikut pula dengan buktinya, yaitu sejarah kejayaan Islam. Jadi, jangan lagi berpikiran bahwa orang yang memegang teguh syari’at itu kolot, pergi ke pengajian dianggap kuno, nggak ngeceng di mall disebut kuper, dan sebagainya. Aku yakin banget, dengan pemahaman tentang keislaman secara baik akan menghapus segala rasa minder dan nggak pede itu, inferiority complex, dan menjadikan kita bangga sebagai muslim. Jadi jangan seperti lirik lagunya Arie Wibowo, Singkong dan Keju. ...Bajumu dari Paris. Sepatumu dari Italy. Semua demi gengsi. Semua serba luar negeri.... Ad e’ d355y_1978@yahoo.com Gothenburg Sesunggu hnya Inilah Aku Adanya Sesungguhnya aku dapati diriku dalam keadaan telanjang, kemudian Dia beri aku pakaian. Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kebodohan, kemudian Dia beri aku lentera ilmu. Sesungguhnya aku temui diriku dalam kelemahan iman, fisik dan mental, kemudian Dia beri aku keteguhan dan kekuatan Sesungguhya aku dapati diriku dalam kesesatan dan kejahiliyahan, kemudian Dia memberi aku petunjuk. Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kegelapan, kemudian Dia beri aku cahaya. Sesungguhnya aku dapati diriku dalam kebingungan, kemudian Dia beri aku jalan keluar. Sesungguhnya aku dapati dirku dalam kehinaan dan kerendahan, kemudian Dia beri aku kemuliaan dan izzah serta iffah. Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakekat kemanusiaanya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang lebih baik bagi tanah air di bawah naungan Islam yang hanif. Mimpi-mimpiku hari ini adalah kenyataan hari esok. Yang akan aku wujudkan dengan kerjasama dan azzam yang mantap. Kemudian bumi yang merana ini akan aku cerahkan dengan kesegaran embun fikrah yang aku miliki. Yang berkuasa tidak akan selamanya di pucuk pimpinan. Yang lemah tidak akan selamanya di bawah. Yang berjuang akan menuai hasil gemilang dan berkah, aku pun terus bersiap untuk turut ambil bagian dalam perjuangan itu. Fikrahku ini akan menang jika kita memiliki iman kuat, tulus dan ikhlas, serta semangat yang berkobar dalam berjuang. Seorang pejuang memiliki empat ciri khas, yaitu iman, ikhlas, semangat dan amal. Dasar iman adalah hati yang hidup, asas ikhlas adalah hati yang suci murni, landasan semangat adalah perasaan yang kuat, sedangkan amal adalah tekat yang selalu segar. Akan kupegang terus azzamku ini, karena sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Inilah aku, sedangkan kamu, kamu siapa? Yes i Elsa ndra (Inspirasi dari untaian nasehat Hasan Al-Bana) MAHRA M DALAM PERNIKA HAN Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: "Allah SWT berfirman, yang artinya: "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nisa': 22-23). Apa yang di maksud dengan ayat tersebut?." Jawaban: Allah SWT menjelaskan dalam ayat tersebut tentang wanita-wanita yang haram dinikahi dan ada tiga hal yang menyebabkan wanita haram untuk dinikah. Dan tiga hal tersebut adalah sebagai berikut: a. Nasab. b. Persusuan. c. Perkawinan. Allah SWT berfirman, yang artinya: 'Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.' (An-Nisa': 22). Ayat ini menjelaskan bahwa tidak boleh bagi laki-laki menikah dengan wanita yang telah dinikahi bapaknya atau kakeknya hingga ke atas baik kakek dari jalur ibu ataupun dari jalur bapak, baik sudah dicampuri atau belum dicampuri. Dan apabila seseorang menikah dengan wanita dengan akad nikah yang sah, maka wanita tersebut haram menikah dengan anak suaminya atau cucu dari jalur anak laki-laki ataupun jalur perempuan. Dan firman Allah SWT, yang artinya: "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapak-mu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anakanak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan. "(An-Nisa': 23). Ayat ini menjelaskan bahwa wanita yang haram dinikahi sebab nasab ada tujuh yaitu: Ibu dan ibunya ibu yaitu nenek hingga ke atas, baik dari jalur, bapak atau jalur ibu; anak perempuan hingga ke bawah baik cucu perempuannya dari anak laki-laki dan cucu perempuan dari anak perempuan; saudara-saudara perempuan sekandung, sebapak atau seibu; saudara-saudara bapak atau saudara-saudara kakek yang perempuan hingga ke atas, yang dikenal dengan sebutan bibi, baik sekandung, sebapak atau seibu; saudarasaudara ibu atau saudara-saudara nenek yang perempuan hingga ke atas, baik sekandung, sebapak atau seibu, yang dikenal dengan sebutan bibi. Setiap wanita yang menjadi bibi seseorang, maka secara otomatis menjadi bibi bagi anak cucu orang tersebut, suatu contoh, bibi bapak kamu secara otomatis menjadi bibi kamu dan bibi ibu kamu secara otomatis menjadi bibi kamu. Begitu pula bibi kakek kamu secara otomatis menjadi bibi kamu dan bibi nenek kamu secara otomatis menjadi bibi kamu. Anak-anak perempuan dari saudara kamu yang laki-laki hingga kebawah, baik saudara tersebut sekandung, sebapak atau seibu. Maka anak perempuan dari saudara kamu yang laki-laki ataupun perempuan hingga ke bawah haram bagimu.Ketujuh wanita yang haram dinikahi karena nasab sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam firman Allah SWT yang artinya: "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anakanak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan.' (An-Nisa': 23). Jika kita ingin meringkasnya, maka wanita yang haram kita nikahi adalah ibu kita sampai ke atas, anakanak cucu kita hingga ke bawah, anak-anak bapak dan anak-anak ibu, anak-anaknya kakek dan anak-anak nenek sekandung. Dan firman Allah SWT yang artinya: 'Ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan.' Ayat ini menjelaskan mahram sepersusuan, sebagaimana sabda Rasulullah: "Wanita yang haram dinikahi sebab sesusuan adalah seperti wanita yang haram dinikahi sebab nasab." Artinya macam-macam wanita yang haram dinikahi sebab sepersusuan, sama seperti macam-macam wanita yang haram dinikahi sebab nasab, mereka itu antara lain; ibu, anak perempuan, saudara-saudara perempuan, saudara-saudara bapak yang perempuan, saudara-saudara ibu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan. Dan mahram sepersusuan pun seperti demikian juga, berdasarkan sabda Rasulullah SAW: "Wanita yang haram dinikahi sebab sesusuan adalah seperti wanita yang haram dinikahi sebab nasab." Dan Allah SWT berfirman, yang artinya: "Ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan baginya) istri-istri anak kandungmu (menantu)." (An-Nisa': 23). Mereka bertiga itulah wanita-wanita yang haram dinikahi karena hubungan perkawinan, oleh sebab itu haram menikahi ibu istri atau neneknya hingga ke atas baik nenek dari pihak ibu ataupun dari pihak bapak, dan keharaman tersebut berlaku hanya sekedar dengan akad nikah. Jika seseorang menikah dengan seorang perempuan, setelah akad nikah sempurna, maka ia dilarang menikah dengan ibunya walaupun belum pernah bercampur dengan istrinya. Apabila istrinya ditalak atau meninggal dunia maka ibu istrinya menjadi mahram baginya, ia (mertua) boleh membuka wajahnya didepan menantunya itu, pergi dengannya dan berdua-duaan dengannya sebab ia adalah ibu istrinya, begitu pula nenek istrinya haram setelah terjadi akad nikah dengan cucunya. Hal ini berdasarkan firman Allah: "Ibu-ibu istrimu (mertua)." Setelah akad sempurna wanita tersebut resmi sebagai istri. Dan firman Allah SWT, yang artinya: "Anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya." (AnNisa': 23). Yang dimaksud dengan ayat di atas adalah anak-anak perempuan istri dan anak-anak perempuan dari anak laki-laki istri hingga ke bawah. Jika seseorang menikahi seorang wanita, maka anak-anak tiri yang perempuan menjadi mahram baginya. Demikian juga anak-anak perempuan dari anak laki-laki istri hingga ke bawah. Akan tetapi Allah SWT mengharamkan demikian itu dengan dua syarat: "Anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya." (AnNisa': 23). Dua syarat yang menyebabkan anak istri diharamkan itu antara lain; pernah hidup dalam pemeliharaan akad nikah dan ibunya sudah dicampuri. Syarat pertama, menurut jumhur ulama termasuk suatu yang relatif tidak bisa dibuat pedoman, sehingga mereka berpendapat bahwa anak istri haram menikah dengan bapak tirinya jika ibunya telah dicampuri walaupun ia tidak dalam pemeliharaannya. Syarat kedua, firman Allah SWT, yang artinya: "istri yang telah kamu campuri", inilah syarat yang mutlak dan maksud sehingga Allah SWT menyebutkan dilalah mafhum dari syarat ini secara jelas dan tidak menjelaskan mafhum firman-Nya: "Anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu" sehingga mafhum dari penjelasan itu tidak dianggap. Adapun firman Allah, yang artinya: "dari istri yang telah kamu campuri." Maka mafhumnya dianggap, oleh sebab itu Allah SWT mengatakan: "tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya." Dan adapun maksud firman Allah SWT yang artinya: "(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu)" (AnNisa':23) Adalah istri-istri anak kandung. Diharamkan bagi bapak menikah dengan istri anaknya hingga ke bawah, hanya setelah akad nikah anaknya sempurna. Begitu juga istri cucunya haram menikah dengan kakek. Suatu contoh, apabila ada seseorang menikah dengan seorang gadis dengan akad yang sah lalu ia menjatuhkan talak setelah akad, maka bapak atau kakeknya hingga ke atas haram menikahi gadis tersebut berdasarkan firman Allah SWT: "(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu)" yang dimaksud adalah menjadi istri setelah terjadi akad nikah. Ini adalah tiga hal yang menjadi penyebab hubungan mahram antara lain: hubungan nasab, hubungan persusuan dan hubungan pernikahan. Mahram sebab hubungan nasab ada tujuh dan begitu juga mahram hubungan persusuan berdasarkan sabda Nabi: "Wanita yang haram dinikahi sebab sepersusuan adalah seperti wanita yang haram dinikahi sebab nasab." Dan mahram sebab hubungan pernikahan ada empat, yaitu pertama dalam firman Allah SWT, yang artinya: "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu", kedua dan ketiga dalam firman Allah SWT yang artinya: "Ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri", serta keempat dalam firman Allah SWT: "(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu)." Adapun saudara perempuan istri bukan mahram, bukan haram dinikahi untuk selamanya, akan tetapi keharaman tersebut sebatas menghimpun keduanya dalam satu ikatan akad nikah. Oleh sebab itu Allah berfirman yang artinya: "Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara." Dan tidak menyebutkan saudara-saudara perempuan istri-istri kalian. Jika seseorang mentalak istrinya dan habis masa iddahnya, maka ia boleh menikah dengan saudara istrinya karena yang diharamkan adalah menghimpun. Begitu juga diharamkan menghimpun perempuan dengan bibinya dalam satu ikatan akad nikah, baik bibi dari jalur bapak atau bibi dari jalur ibu. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW: "Wanita yang haram dihimpun (dalam satu ikatan akad nikah) adalah dua perempuan bersaudara dan perempuan dengan bibinya baik bibi dari jalur bapak atau bibi dari jalur ibu." Dan boleh menghimpun anak perempuan paman dari jalur bapak atau anak perempuan paman dari jalur ibu. Durus wa Fatawal Haranu l Makk y Syaikh Utsa im in, juz 3 hal.253 Fatwa- fatwa tan tang wan ita jil id 2 (Darul Haq, 200 1) Waspada Teman Buru k Sesungguhnya keberadaan teman dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seseorang, terutama dalam hal sikap dan pemikiran. Pengaruh itu berjalan begitu cepatnya, ibarat menjalarnya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah. Maka seseorang haruslah waspada dan berhati-hati dari teman yang buruk, karena banyak kenyataan yang membuktikan, bahwa seseorang yang tadinya baik-baik, ternyata dapat berubah dengan begitu cepat, lantaran terpengaruh oleh teman pergaulan yang buruk. Inilah fakta kehidupan, Kitabullah dan Sunnah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam pun mendukung dan menguatkannya, maka janganlah kita berpaling dari peringatan Allah, jika kita tidak ingin celaka dan sengsara dunia akhirat. Nas ihat dar i Ki tabul lah Firman Allah, artinya, “Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka, "Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (karena kita mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam". Dan tiadalah yang menyesatkan kami, kecuali orang-orang yang berdosa. Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorang pun, (dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia), niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman". (Asy Syu’araa’ : 96-102) Perhatikan, bagaimana penduduk neraka itu saling berbantahan, mereka bersumpah, bahwa mereka benarbenar berada dalam kesesatan, lalu mereka menyebutkan sebab kesesatan mereka, yakni al mujrimun (orang yang berdosa), lalu apakan teman-teman yang membuat mereka sesat itu dapat memberikan manfaat pada hari itu? Firman Allah, artinya, “Dan (ingatlah) ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah pengikutpengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian azab api neraka". Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)". (Al-Mu’min : 47-48) Wahai manusia yang berakal jernih dan berpikiran jeli, jangan sampai kita semua seperti mereka, menjadi lemah akal, lemah kepribadian, tak punya pendirian, hanya mampu mengekor dan taklid buta terhadap orang-orang yang buruk dan jahat. Dan akhirnya pada Hari Kiamat, ketika berdiri untuk dihisab dan ditanya, maka protes pun tak ada gunanya. Orang yang menye-satkan pun mengelak, "Apakah kami memaksa kalian untuk mengikuti ke-sesatan, kami hanya sekedar mengajak dan kalian memenuhinya, maka kalian sendirilah yang telah melakukan dosa." Firman Allah, artinya, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an, ketika al-Qur'an telah datang kepadaku. Dan syaitan itu tidak akan menolong manusia”. (Al-Furqaan : 27-29) Ayat ini turun berkenaan dengan persahabatan yang erat antara Ubay bin Khalaf dan Uqbah bin Abi Mu'ith. Ketika itu Uqbah duduk di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan mendengarkan ucapan beliau, lalu Ubay bin Khalaf memakinya dan dia terus memaki Uqbah, maka akhirnya dia pun murtad dari Islam karena cacian Ubay bin Khalaf, sehingga turunlah ayat tersebut. Ayat ini tentunya bukan hanya khusus untuk Uqbah dan Ubay, namun untuk kita semua yang menjalin persahabatan dengan teman kita, hingga ke tingkat akrab yang dapat memberikan pengaruh dalam sikap dan perilaku kita. Yakni teman yang apabila dia mengajak sesuatu, maka kita merasa berat jika tidak memenuhinya, apapun yang dia katakan. Maka berhati-hatilah kita semua, waspada dari teman-teman yang buruk sebelum nanti di akhirat kita mengatakan, "Wahai celakalah aku, andaikan dulu aku tidak menjadikan si fulan sebagai temanku." Allah juga memperingatkan kita semua, bahwa syetan, baik dari jenis jin maupun manusia yang mengajak kepada kemaksiatan, semuanya berlepas diri dan cuci tangan, artinya, “Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di Hari kiamat), dia berkata, "Aduhai, semoga (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)". (Az-Zukhruf : 36-38) Peri nga tan dar i As Sunnah Dari Abu Musa al Asy'ari Radhiallaahu anhu dia berkata, "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dengan tukang pande besi. Seorang penjual minyak wangi akan memberi kamu minyak, atau kamu membelinya atau kamu akan mendapati bau yang harum darinya. Sedangkan pande besi, maka bisa jadi akan membakar bajumu dan bisa pula engkau akan mendapati darinya bau yang busuk." (Muttafaq 'alaih) Seorang teman yang buruk diibaratkan pande besi, karena keberadaannya dapat membakar agama dan akhlak kita, merusaknya dan bahkan membinasakannya. Paling tidak kita akan mendapatkan komentar negatif, seperti, “Si fulan sekarang jadi temannya si anu.” Dalam hadits lain Nabi juga bersabda, artinya, "Seseorang tergantung agama temannya, maka hedaklah salah seorang di antara kalian melihat dengan siapa dia berteman." (HR. Abu Dawud). Sebuah kisah yang disebutkan di dalam Ash Shahihain (Bukhari-Muslim), bahwa Abu Thalib ketika menjelang wafat didatangi oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, sedang di sampingnya ada Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal. Maka Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata, "Wahai paman, ucapkan la ilaha illallah, kalimat yang akan aku gunakan untuk hujjah buatmu kelak disisi Allah!" Maka kedua orang tersebut langsung berkata kepada Abu Thalib, "Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?" Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengulanginya, dan kedua orang itu juga mengulangi pertanyaanya, dan akhirnya paman Nabi tersebut meninggal di atas millah Abdul Muthalib. Kisah ini memuat nasehat yang sangat berharga tentang besarnya pengaruh sahabat atau teman yang buruk. Kurang apa dengan paman Nabi ini, beliau seorang yang berakal jernih, mengetahui, bahwa Nabi Shalallaahu alaihi wasalam adalah benar, beliau membela dan menolong Nabi, mencintai Nabi yang merupakan salah satu keponakannya. Namun teman yang buruk telah mengingat kannya kepada ajaran terlaknat, ajaran syirik dan kufur, maka keduanya telah mempengaruhinya, sehingga dia meninggal di dalam millah Abdul Muthalib, meninggal di dalam kemusy rikan, wal 'iyadzu billah. Wahai saudaraku, terutama anda para pemuda, jangan anda mengatakan, "Saya tidak akan terpengaruh oleh teman pergaulan, hanya sekedar bergaul, tidak mengambil ucapannya dan tidak meniru kelakuannya. Sungguh ini adalah prinsip yang keliru, al-Qur'an dan Sunnah telah menolaknya dan kenyataan pun telah berbicara, sementara Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah menyatakan, bahwa seseorang tergantung pada agama (tabiat) sahabatnya. Maka secara tegas beliau Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan kita untuk bersahabat dengan orang yang baik-baik dan bertakwa, beliau bersabda, "Janganlah engkau berteman, kecuali dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa." (HR Abu Dawud) Bela jar dar i Fakta Fakta telah membuktikan, bahwa hampir sebagian besar manusia khususnya para pemuda yang terjatuh ke dalam lobang kemaksiatan adalah karena pengaruh teman pergaulan. Berapa banyak pemuda baik-baik, taat, berbakti dan serius di dalam belajar, berprestasi gemilang, namun setelah itu kenal dengan teman yang buruk, bergaul bersama mereka dan lambat laun setahap demi setahap akhirnya berubah jauh dari sebelumnya. Dia terpengaruh dengan ucapan temannya yang menipu dan menjeru muskan, yang diajarkan oleh guru penipu ulung Iblis la'natullah 'alaih. Sehingga akhirnya menjadi pemuda yang menyia-nyiakan shalat, berani kepada orang tua, malas belajar bahkan tak jarang ada yang sampai dikeluarkan dari sekolah, dia telah menyia-nyiakan agama dan dunianya. Salah seorang pemuda yang kecanduan narkoba, kemudian masuk sel penjara ditanya, "Mengapa kamu sampai masuk penjara dan jadi pecandu narkoba, maka dia hanya men-jawab singkat, "Teman yang buruk." Janga n Te rt ipu Satu hal penting yang harus diketahui adalah, bahwa semua orang yang mengajak kepada kerusakan, kesesatan dan kejahatan tidak mungkin akan berterus terang mengungkapkan niat busuk mereka. Karena kalau mereka berbicara jujur apa adanya, tidak bakal mendapatkan pengikut, maka dicarilah cara yang halus, kalimat yang indah, namun menipu dan men-jerumuskan tanpa terasa. Terkadang berlagak sebagai pemberi saran dan nasehat, karena dorongan cinta dan persahabatan, seperti diajarkan oleh Iblis ketika menjerumuskan Adam Alaihissalam. Iblis mengatakan sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Ta'ala, artinya, “Kemudian syaitan membisikan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Thaha :120) Perhatikan juga ayat lain yang menggambarkan tipu daya Iblis, “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menam-pakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya dan syaitan berkata, "Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (Al-’Araaf : 20-21) Bukan main, Iblis yang merupakan penipu terbesar mengaku sebagai pemberi nasihat, bahkan dengan bersumpah. Maka tak heran kalau muridnya, Fir’aun juga mengatakan kalimat manis, sebagaimana firman Allah, yang artinya, “Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku mem-bunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama-agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi". (Al-Mu’min : 26) Amat lucu jika Firaun yang mengaku dirinya Tuhan, mengkhawa tirkan Musa Alaihissalam kalau mengganti agama kaumnya dan membuat kerusakan, padahal dialah biang kerusakan itu? Lalu, apakah kita akan tertipu dengan slogan kemajuan, kebebasan, kesetaraan, peradaban maju, atau pun hak asasi untuk alasan tabarruj, durhaka kepada orang tua, mengkon sumsi miras dan narkoba? Wallahu a’lam, marilah kita berpikir jernih sebelum segalanya terjadi. (Khalif) Sumber: Kutaib “Nafikh al-Kiir, Atsar Shadiqis Suu’ ”, Abdullah bin Sa’ad bin Ibrahim. ( Rabu, 07-01-2004M / 16-11-1424 ) Faha mkah U kh ti Mengapa Ikh wan dihala lkan Berpoligami? (Upaya menepis penolakan kaum hawa terhadap masalah poligami) Penul is: Abdullah Jika kita mendengar istilah poligami,tentulah sesuatu yang tidak asing didengar karena kata itu begitu populer dari masa ke masa. Apa sebenarnya poligami? hal-hal apa saja yang mendorong seorang laki-laki berpoligami ? Bagaimana sebenarnya hukum poligami dalam Islam? Bagaimna fenomena yang terjadi dalam masyarakat? Haruskah seorang laki-laki berpoligami ? Hal-hal itulah yang akan kita kupas dalam rubrik opini kali ini. Poligami berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gami yang berarti istri. Jadi poligami adalah istilah yang dipakai apabila seorang laki-laki beristri lebih dari satu pada waktu bersamaan. Banyak alasan yang menyebabkan seorang laki-laki berpoligami. Seorang laki-laki cenderung melakukan poligami jika ternyata istrinya mempunyai kekurangan, misalnya sang istri seorang yang memiliki rasa humor yang bagus dan penurut, namun dilain pihak sang istri tidak bisa diajak bertukar pikiran mengenai masalah-masalah yang dihadapi suami sehingga suami cenderung untuk mencari wanita lainyang bisa memenuhi kebutuhannya. Atau sebaliknya, sang istri mempunyai pengetahuan yang luas sehingga bisa diajak bertukar pikiran, namun perhatiannya sebagai seorang ibu kurang, maka sang suamipun mencari orang lain yang bisa berperan sebagai ibu yang baik. Fator lain yang bisa dijadikan alasan yaitu jika sang istri tidak bisa memeberikan keturunan atau sang pengusaha kaya misalnya yang mempunyai harta berlebih sehingga berkeinginan untuk beristri lagi. Tapi bagaimanakah poligami menurut pandangan Islam? Dalam surat Annisa:3, Islam mengatur masalah poligami: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berbuat adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: Dua, tiga, atau empat kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budakbudak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat tidak berbuat aniaya”. Hal ini jelas bahwa Islam memperbolehkan umatnya untuk berpoligami dengan satu syarat harus mampu bersikap adil dan dibatasi hanya sampai empat orang. Syarat adil inilah yang sangat berat, khususnya adalah dalam masalah materi. Adil dalam kasih sayang sangat susah, karena kasih sayang hakekatnya dari Allah Subhanahu wataÂ’ala. Rasulullah sendiri tidak bisa sama kasih sayangnya pada semua istrinya. Dan beliau selalu berdoÂ’a pada allah untuk dihindarkan dari berbuat tidak adil secara materi. Sang suami yang memiliki istri lebih dari satu harus bisa membagi nafkahnya secara adil dan tidak berat sebelah, karena berat sebelah atau menelantarkan salah satu istrinya berarti berbuat dzalim, sedangkan perbuatan dzalim diharamkan dalam Islam. Poligami dibatasi sampai empat orang, hal ini dicontohkan pada zaman Rasulullah, Rasulullah pernah menyuruh shahabatnya yang mempunyai istri lebih dari pada empat untuk menceraikan istrinya sehingga mempunyai empat istri saja. Mengapa Islam membolehkan berpoligami atau bahkan menganjurkan bagi yang mampu? karena Islam tahu betul akan fitrah manusia, khususnya laki-laki yang secara psikologis dan biologis mempunyai kebutuhan yang lebih kompleks dari wanita. Islam malah menganjurkan laki-laki yang takut terjerumus ke perbuatan zina dan secara materi berlebih untuk berpoligami. Hal ini berfungsi untuk melindungi atau menolong kaum perempuan seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yaitu untuk melindungi para janda dan wanita tidak mampu yang butuh perlindungan. Aagi wanitapun bisa jadi ladang ibadah jika ia menerima dengan lapang dada dan karena semata-mata mengharap ridha Allah. Hal ini sudah diatur sedemikian rupa dalam Islam untuk menjaga keseimbangan hak-hak pria dan wanita. Yang menjadi masalah sekarang fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang menjadikan poligami sebagai kedok untuk melaksanakan sunnah Rasulullah, padahal dibalik itu semua semata-mata hanya alasan biologis atau nafsu semata-mata, sehingga hasilnyapun bukan kedamain dan ketentraman namun sebaliknya permusuhan antara istri dan banyaknya istri yang didzalimi. Sehingga ketika kaum kuffar menyerang dengan isu ideologinya sebagian muslimin secara spontan mendukung untuk menentang poligami yang jelas-jelas diperbolehkan dalam Islam. Radahal kalau kita tahu, di luar Islampun tidak ada yang secara tegas melarang adanya poligami dan begitu banyak penyimpangan moral yang mereka lakukan hanya untuk dikatakan berpoligami. Fenomena itu akan berubah jika kaum laki-laki muslim meninjau kembali niatan untuk berpoligami, apakah benar-benar sesuai syariÂ’at ataukah hanya sebagai kedok belaka. Semua niatan itu hanyalah sang pelaku dan Allah subhanahu wataÂ’ala sendiri yang tahu sebenarnya, yang pasti sesuatu yang dianjurkan Islam jika tidak ada penyimpangan pasti akan menciptakan keserasian dan ketentraman hidup Batasan Aura t Wan ita Bagi S uaminya Dari Aisyah ra, dia berkata: ''Aku pernah mandi junub bersama Rosulullah SAW dengan satu bejana. Tangan-tangan kami bergantian (dalam mengambil air) dalam bejana.'' (HR Muslim, Kitabul Haid, No 45). Dari 'Aisyah ra: ''Aku pernah mandi junub bersama Rosulullah SAW dengan satu bejana terbuat dari gelas besar yang disebut Al-Faroq.'' (HR Bukhory, bab ghuslur rojuli ma'amroatihi, kitab Al-gfhusl). Berkata Ibnu Hajar ketika mengomentari hadits ini: Ad-Dawudy berdalil dengan hadits ini bahwa seorang laki-laki boleh melihat aurat (seluruh tubuh) istrinya dan demikian sebaliknya. Pendapat ini dikuatkan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari jalan Sulaiman bin Musa, bahwasannya dia ditanya tentang seorang laki-laki yang melihat kemaluan istrinya, maka aku bertanya kepada Atho', maka dia berkata aku bertanya kepada 'Aisyah, dan 'Aisyah menyebutkan hadits di atas. Wallohu a'lam. Berkata Al-Qurthuby (Tafsir surat An-Nuur, masalah ke-9, hal 4623, cet. Asy-Syu'b): Satu masalah (yang harus difahami): seorang suami dan tuan (pemilik budak perempuan) boleh melihat perhiasan wanita. Dan seluruh bagian tubuhnya adalah halal bagi suami, baik untuk dinikmati atau dilihat. Dan karena makna inilah, (bolehnya melihat perhiasan batin) diurutkan mulai dari suami, karena suami adalah orang yang paling banyak melihat aurat istrinya. Allah Ta'ala berfirman: ''Dan orang-orang yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka, kecuali kepada istriistri mereka atau budak-budak perempuan mereka. Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang tercela''. (Al-Mu'minun:6) Aku berkata: Dari penjelasan di atas, jelaslah bagi kita bahwa perhiasan batin seorang wanita yang boleh dilihat oleh suaminya adalah seluruh tubuh istrinya termasuk farj. Adapun hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu 'anha yang berbunyi: ''Apabila salah seorang diantara kalian menjimai (menyetubuhi) istrinya, hendaklah ia tidak melihat farj istrinya, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebutaan. Dan janganlah banyak bicara karena dapat menyebabkan bisu.'' Syaikh Al-Albany menyatakan bahwa hadits ini adalah maudhu'. Rujukan: Libasul Mar`ah [Jangan lupa mendoakan surga & maghfirahNYa bagi pengirim artikel ini, kedua orangtua,serta saudarasaudaranya] Kisah Sepulu h Pengajar yang Diutus Rasulul lah Pada suatu ketika Rasulullah SAW mengutus sepuluh orang utusan yang dipimpin oleh `Ashim bin Tsabit Al Anshari kakek dari `Ashim bin `Umar bin Al Khaththab untuk mengajarkan agama Islam atas dasar permintaan sebahagian orang Madinah. Kemudian mereka berangkat bersama rombongan yang memintanya. Akan tetapi setibanya di sebuah pangkalan air yang terletak di antara kota Asfan dan Mekah milik Hudzail mereka dikhianati oleh rombongan yang menyertainya. Rombongan tersebut ternyata telah bekerja sama dengan Hudzail pemimpin suatu kaum yang dikenal dengan sebutan Banu Al Hayan. Tidak kurang dari seratus orang pemanah yang mengawal mereka. Pada awalnya mereka dibawa ke perkampungannya, bahkan mereka sempat mencicipi kurma yang disediakan olehnya ketika mereka menginap di rumahnya. Keesokan harinya Hudzail dan kaumnya mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dikawal untuk pergi bersama-sama menuju Yatsrib (Madinah). Akan tetapi `Ashim dan para sahabatnya mulai curiga setelah mereka digiring ke sebuah lapangan, dimana mereka dikelilingi oleh suatu kaum yang cukup banyak. Kecurigaannya semakin jelas setelah kaum Hudzail berkata kepada mereka, "Demi Allah, kami sebenarnya tidak ingin membunuh kalian. Akan tetapi dengan menahan kalian ini, kami hanya ingin mendapatkan keuntungan yang dijanjikan oleh kaum musyrikin Mekah. Kami bersumpah bahwa kami tidak akan membunuh seorangpun di antara kalian ini, seandainya kalian memenuhi permintaan kami." Mendengar perkataan mereka seperti itu, maka `Ashim bin Tsabit sebagai pemimpin utusan kaum muslimin menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan menyerah dan tunduk kepada perintah orang kafir. Ya Allah, kabarkanlah keadaan kami kepada Nabi-Mu." Mendengar jawaban `Ashim seperti itu, maka Hudzail marah, sehingga dia memerintahkan pasukan pemanahnya untuk menyerang mereka. Akhirnya tujuh orang dari sepuluh orang utusan yang dikirim oleh Rasulullah itu terbunuh, dan `Ashim merupakan orang yang ketujuhnya. Sedangkan yang tiga orang lagi keadaannya semakin terdesak, karena mereka harus berhadapan dengan orang yang lebih banyak, sehingga akhirnya mereka ditangkap dan dibawa sebagai tawanan. Akan tetapi pada akhirnya yang tersisa hanya tinggal Khubaib Al Anshari dan Zaid bin Ad-Datsinah, dikarenakan utusan yang satu lagi menolak untuk dikirim kembali ke Mekah, seraya dia berkata, "Demi Allah, aku tidak sudi bekerja sama dan bersahabat dengan kalian." Karena penolakannya itu, maka akhirnya dia dibunuh. Kemudian mereka Membawa Khubaib dan Zaid ke Mekah, dan mereka menjual keduanya. Penjualan itu dilakukan jauh Setelah perang Badar berakhir. Akhirnya Khubaib dibeli oleh Keturunan Al Harits bin `Amir bin Naufal bin `Abdi Manaf. Hal ini tidak lepas dari dendam pada masa lalu, dimana Khubaib adalah orang yang telah membunuh Al Harits bin `Amir pada waktu perang Badar. Khubaib tinggal di keluarga itu selama satu bulan sampai akhirnya keluarga Al Harits tiba pada keputusan untuk membunuhnya. Sebagian puteri-puteri Harits menyuruh memanggil Musa untuk memastikan identitas Khubaib, dimana dia mengetahui ciri atau tanda yang ada pada Khubaib yang telah membunuh Al Harits. Ketika Musa menunjukkan tanda yang ada pada pipi Khubaib, mereka merasa kaget bahwa ternyata Khubaib yang ada di hadapannya benar-benar Khubaib yang telah membunuh ayahnya. Salah seorang di mereka sempat berujar, "Aku tidak pernah melihat seorang tawanan lebih baik dari Khubaib. Demi Allah, pada suatu hari aku melihat membawa anggur, dimana ketika itu di Mekah sangat sulit sekali mencari buah-buahan, dan aku sangat ingin sekali dengan anggur itu. Dan ketika aku memintanya, Khubaib memberikannya kepadaku." Setelah itu Khubaib dibawa pergi dari tanah haram (Mekah) menuju suatu tempat untuk dibunuh. Ketika itu dia mengajukan suatu permintaan kepada mereka, seraya berkata, "Dapatkah kalian membiarkan aku untuk sekedar melakukan shalat dua raka'at?." Kemudian mereka membiarkannya, dan setelah selesai, dia berkata kepada mereka, "Demi Allah, seandainya kalian tidak menyangka bahwa aku takut dengan kematian, niscaya aku akan menambah lagi sembahyangku." Kemudian dia berdoa, "Ya Allah hitunglah jumlah mereka, dan binasakanlah mereka dalam keadaan bercerai-berai, serta janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara mereka itu." Dalam suatu riwayat dikatakan, Kemudian Khubaib melakukan ruku' (shalat) dengan sempurna dan khusyu', dan setelah selesai, dia langsung mendatangi kaum itu, seraya dia berkata, "Demi Allah, seandainya kalian tidak menyangkaku sengaja memperlambat karena takut dibunuh, niscaya aku akan sembahyang lebih banyak lagi." Setelah itu dia dinaikkan dan diikat di atas tonggak kayu. Dia menatap kepada mereka dengan tatapan mata yang sayu, seraya dia berdoa, "Ya Allah, kami telah menyampaikan ajaran Rasul-Mu, maka sampaikanlah kepadanya hari esok bahwa aku telah melakukan apa yang telah diperintahkannya kepada kami." Ketika kaum itu sepakat untuk membunuhnya dengan cara disalib, maka dia melantunkan sya'irnya, Suatu kaum telah berkumpul di sekelilingku, Dan kabilah-kabilah menyambutnya. Semuanya memperlihatkan permusuhan kepadaku, Karena diriku sedang terikat pada kayu. Mereka bersama anak-anak, dan istri-istri, Bencana yang menyakitkan telah mendekatiku. Hanya kepada Allah aku mengadukan kesedihanku setelah kepergianku, Dan kaum itu tidak akan berkumpul lagi setelah pemenggalan diriku. Kesabaranku telah melahirkan keteguhan hatiku, Mereka mengiris dagingku dan memotong-motong ususku. Mereka memintaku untuk memilih kekufuran sehingga terhindar dari kematian, Kedua mataku mencucurkan air mata, tetapi bukan karena kesedihan dan kegundahan hati. Sedikitpun aku tidak takut dengan kematian, karena akupun akan mati, Tetapi ketakutanku itu karena api yang menyala-nyala. Aku tidak peduli seandainya aku mati sebagai seorang muslim, Di tempat yang mana saja Allah akan membaringkanku. Karena hal itu merupakan kehendak Ilahi, dan jika Dia berkehendak, Dia berkuasa untuk menyambungkan kembali anggota tubuh yang telah terpisah. mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt