Asmara Bercabang-cabang, Penggoda Suami Orang - SATU suami cukup, tetapi dua pacar kurang. Seperti itulah lakon hidup Nita (bukan nama sebenarnya), wanita 32 tahun, ibu satu anak, karyawan pada sebuah perusahaan swasta di Yogya. Petualangan asmaranya sangat gempita, setidaknya menurut teman-teman sekantor. Sebagian dari mereka mengaku pernah menjadi ‘korban keganasan asmara’ wanita ini. Menikah muda (waktu itu umurnya baru menginjak 19 tahun), pada awalnya Nita mengaku bahagia. Suaminya seorang sarjana, meski belum punya pekerjaan tetap. Anak pertama lahir setahun setelah pernikahan, dan itu tidak membuatnya merasa menjadi tua. Bahkan, sejak kelahiran anaknya Nita justru tampil lebih ‘gemerlap’ dari sebelumnya. Rupanya ia sadar, agar orang tidak melihatnya sebagai sosok yang mulai uzur maka penampilan harus dikatrol. Ia rajin ke salon. Memanjakan diri dengan aneka resep kecantikan (sejauh dompetnya masih mendukung tentunya). Sebagai orang kantoran terkadang penampilan Nita ‘over dosis’, kelewat glamor (untuik tidak mengatakan norak). Dandanannya menor, pilihan warna dan model busananya mencolok, memaksa orang menengok ke arahnya. “Saya memang suka berdandan. Saya kira tidak apa-apa, sejauh saya merasa senang. Saya nggak mau orang mengatakan saya mulai ngglombrot setelah punya anak” katanya. Jangankan ngglombrot, Nita kini jusru kelihatan lebih muda, segar, murah senyum. Pendek kata, menyenangkan. Ia sangat ramah kepada siapa saja. Senyumnya adalah ‘pedang basah’ yang siap menikam siapa saja. Tatap sayu matanya ibarat candu yang meninabobokan. Rupanya Nita menyadari kelebihan dirinya. Dengan senyum dan tatapan mata yang nakal, terbukti kemudian wanita bertubuh langsing tapi memiliki buah dada bagus ini berhasil menaklukkan sejumlah pria. Dimulai sepuluh tahun lalu. Jadi, saat ia umur 22, atau tiga tahun setelah pernikahan. Laki-laki pertama yang ‘beruntung’ menjadi kekasih gelap nomor satunya adalah teman satu perusahaan tapi lain bagian. Sebut saja namanya Budiman. Lima tahun lebih tua dan sudah punya dua anak. Budiman tidak pernah melupakannya. Kala itu ia sama sekali tidak bermaksud membuat affair, apalagi dengan Nita yang notabene adalah teman sekantor. “Dia sering menghubungi saya via interkom. Dari sekadar omong kosong pada saat pekerjaan sedang longgar, dilanjutkan dengan ajakan makan siang bersama” ungkapnya. Dari acara makan siang itulah berkembang sesuatu yang tidak pernah dibayangkan Budiman. “Dia mengajak ke hotel” katanya. Sebuah ajakan yang semula dianggap goyon oleh Budiman. Tetapi tidak. Ketika menyadari bahwa semuanya nyata, Budi pun tidak berkutik. “Dia seperti macan kelaparan. Aku dibuatnya tidak berkutik” begitu laki-laki itu menggambarkan. Sejak itu kencan demi kencan terus dilakukan. Kalau semula Budiman hanya merasa dijadikan obyek, belakangan ia berusaha keras mengimbangi. Dan, menurutnya ia berhasil menyenangkan Nita. Benarkan Nita merasa senang dan puas dengan kinerja Budiman di atas ranjang? Wanita itu memang selalu mengatakan ingin mengulang dan mengulang. Ia selalu bilang kangen. Tetapi, setelah berhasil ‘menggelandang’ Budiman, sejak itu pula muncul nama-nama lain. Rusmin, Lukman, Miyadi, semua mengaku pernah diajak senang-senang oleh Nita. Tidak hanya mereka, sebab belakangan banyak mulut ‘bernyanyi’. Petualangan asmara bercabang-cabang yang dipraktikkan Nita berlangsung terus sampai sekarang. Anehnya, wanita itu selalu memilih sasaran laki-laki yang sudah beristri. Umur tampaknya tidak terlalu dipersoalkan, sebab ada beberapa laki-laki seumur ayahnya yang diembat juga.