MENGKRITIK TANPA ‘MENCUBIT’ EMPAT MATA. Kritikan tidak lain dari membuka semua kesalahan orang lain. Sekarang silahkan bayangkan, jika semua kesalahanmu diungkap dimuka orang banyak. Hal itu mungkin sama saja dengan melempar sesuatu tepat ke wajahmu. Karena itu, jika memang ada yg perlu dikritik, lakukan itu 4 mata. Artinya sebisa mungkin orang lain jangan sampai tahu. Cukup kamu & orang yg kamu kritik. LIHAT SITUASI. Bayangkan jika ada orang yg mengkritik kamu justru disaat kamu sedang sedih. Apa yg terjadi ? pertama kritikan tsb akan menjadi angin lalu. Kedua bisa jadi kritikan yg ditujukan untuk membangun tsb justru menjadi bumerang. Karena itu, jika mau mengkritik lihat dulu situasi atau kondisi dari orang yg ingin dikritik. SAMPAIKAN DENGAN HALUS. Pada dasarnya tidak ada seorang pun yg suka dikritik. Kalaupun ada, orang yg begitu lapang menerima segala kritikan, sedikitnya ia akan merasa tersinggung meskipun dalam takaran yg sangat kecil. Untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan, lontarkan kritik dengan bahasa sehalus mungkin. Kalau bisa ungkapkan dengan kalimat-kalimat yg tidak ditujukan langsung terhadapnya namun klop dengan kesalahannya. Semacam sindiran, gitu. Sehingga kritikan yg kamu lontarkan tidak terkesan terlalu ekstrim. Halus tapi pasti kena, gitu. BUKAN MENJATUHKAN Kritik umumnya ditujukan untuk menggugah atau membuat orang ‘ngeh’ pada kesalahannya. Karena itu alangkah baiknya, jika sebuah kritikan disampaikan dengan hati yg tenang. Sebab kalo menyampaikan kritik dengan emosi, bisa jadi niat yag semula untuk mengkritik berbelok menjadi menghujat. Ingat, menghujat tidak sama dengan mengkritik. Ingat, kritikan dan hujatan adalah 2 hal yg berbeda & bertolak belakang. Kritikan untuk membangun sedangkan menghujat cenderung untuk menjatuhkan. JANGAN BIARKAN ‘KERING’ Setelah kamu puas mengkritik jangan biarkan suasana menjadi kering. Untuk itu kamu bisa mencairkan suasana tsb dengan menyelipkan joke-joke yg fresh. Atau kamu bisa juga mengatakan kalimat-kalimat yg menghibur. Misal kamu bisa megatakan, “seperti halnya gading yg tidak retak, begitu juga kita. Loe, gue atau siapaun didunia ini nggak ada yg 100% sempurna, karena itu kita perlu saling mengingatkan, saling mengisi supaya keretakan gading itu tidak menjalar, tidak meluas agar kita masih bisa memperbaikinya.”